Rabu, 09 Agustus 2017

Kontroversi patung dewa: "Tuban kondusif, yang ramai di luar saja"

Menyusul ramainya perbincangan di media sosial tentang patung dewa yang berdiri di kompleks kelenteng, Kapolres Tuban AKBP Fadly Samad menegaskan bahwa situasi di wilayah itu aman tanpa gesekan.

"Situasi kondusif di Tuban, tidak ada masalah. Tidak ada unjuk rasa sama sekali. Kalau dibilang ada ramai-ramai, di luar saja ramai. Di Tuban tidak ada masalah," katanya.

"Tidak ada protes, kami sudah pernah mengumpulkan (ormas-ormas). Tuban ini terkenal Bumi Wali, the spirit of harmony, sangat mengutamakan toleransi, sesuai dengan Sunan Bonang. Tidak ada gesekan sama sekali," sambungnya.

Patung Kongco Kwan Sing Tee Koen yang berdiri setinggi 30 meter itu diresmikan awal Juli lalu dan diklaim sebagai patung panglima perang paling tinggi di Asia Tenggara. Namun dalam beberapa pekan terakir menjadi bahan perdebatan di internet - dengan dibumbui informasi palsu dan intimidasi.

Pada Jumat (04/08), patung dewa ini ditutup kain atas inisiatif pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma Kwan Sing Bio untuk meredam perdebatan di media sosial. Kepada BBC Indonesia, pengurus Kwan Sing Bio Gunawan Putra Irawan menolak memberikan pernyataan karena khawatir akan membuat masalah menjadi panjang.

Pemerintah kota diketahui masih mempermasalahkan izin pendirian patung yang hingga kini dianggap belum rampung.

'Dipolitisir'

Walau banyak diterpa kabar miring, banyak pengguna media sosial yang mendukung keberadaan patung.

"Pertanyaan saya, apa perlu minta izin bangun patung di klenteng mereka sendiri?" kata satu pengguna Twitter, @RustamIbrahim. Lainnya mengatakan, "Ini patung, patungnya umat Konghuchu, berdiri di area kelenteng yang tentunya milik umat Konghuchu, kenapa jadi umat agama lain yang ributin ?"

Salah satu tokoh perkumpulan Tridharma, Marga Singgih mengatakan bahwa komentar-komentar di media sosial "telah dipolitisir jauh untuk kepentingan politik pihak tertentu sehingga sangat jauh dari niat awal keberadaan patung".

Misalnya tuduhan bahwa patung tersebut adalah patung jenderal perang Cina. Marga Singgih menjelaskan Dewa Kwan Kong sudah dipuja oleh umat Tridharma, Tao, dan Konghucu jauh sebelum Republik Rakyat Cina berdiri.

Image copyrightALI IMRONAli Imron

"Intinya bahwa umat Tridharma memuja Kwan Kong sebagai dewa itu bukan sebagai dewa perang bangsa Cina. Kelenteng Kwan Kong di Tuban tersebut sudah berdiri jauh sebelum negara Indonesia berdiri. Jadi tidak ada unsur niat mendirikan Patung Kwan Kong untuk membanding bandingkan dengan pahlawan nasional," jelasnya.

Sementara itu terkait masalah izin mendirikan bangunan, Marga Singgih mengklaim pengurusan izin sudah dilakukan sejak tahun 2016 tapi IMB tidak juga keluar. Dia mengakui bahwa ada kesalahan pengurus yang tidak sabar.

"Kalau boleh berharap maka tentu saja saya berharap jangan dirobohkan dan mohon diupayakan untuk pemutihan IMB bagi patung tersebut. Karena bagaimanapun juga patung tersebut dibangun dengan dana umat sebagai tanda bakti dan hormat kepada dewa yang memang dipuja oleh umat Tridharma."

Lagipula, tambahnya, patung itu bangun di dalam lingkungan kelenteng yang tertutup dari empat penjuru dan tidak mengganggung pandangan umum.

Copas : https://www.google.co.id/amp/www.bbc.com/indonesia/amp/trensosial-40847262

Mata Najwa Berhenti Tayang, Ini Penjelasan Metro TV

Jakarta - Program talkshow populer Mata Najwa akan segera berhenti tayang. Metro TV sebagai stasiun tv yang memproduksi acara tersebut mengucapkan terima kasih ke Najwa Shihab.

"Kami sangat berterima kasih kepada Najwa Shihab atas kontribusi yang telah diberikan selama 17 tahun berkarya di Metro TV. Kami akan merasa kehilangan Najwa Shihab sebagai jurnalis dan tuan rumah Mata Najwa," kata President Director Metro TV Suryopratomo kepada detikcom, Selasa (8/8/2017).

Tommy, sapaan akrab Suryopratomo, mengatakan Mata Najwa telah memberi warna yang signifikan bagi perjalanan Metro TV sebagai televisi berita. Metro TV akan selalu mendukung Najwa melangkah di luar stasiun tv berciri khas warna biru itu.

"Kami akan selalu mendukung Najwa untuk berkembang lebih jauh dalam mewujudkan sejumlah rencana yang menjadi bagian dari visi pribadi selama ini," ujar Tommy.

Lebih jauh soal alasan berhentinya Mata Najwa, Tommy mengatakan hal tersebut merupakan pilihan Najwa Shihab. "Sekarang dia ingin mencoba perjalanan baru. Jadi bukan dihentikan, tapi pilihannya," tutur Tommy.

Pengumuman akan berhenti tayangnya Mata Najwa diumumkan oleh Najwa Shihab di akun Instagramnya, @najwashihab. Episode "Eksklusif Bersama Novel Baswedan" jadi episode live terakhir talkshow tersebut. Berikut penjelasan Najwa Shihab yang dikutip detikcom, Selasa (8/8/2017):

"Eksklusif Bersama Novel Baswedan" menjadi episode live terakhir Mata Najwa. Sudah 7 tahun Mata Najwa mengudara. Sejak episode perdana "Dunia dalam Kotak Ajaib" yang tayang pada 25 November 2009 hingga wawancara eksklusif Novel Baswedan pada 26 Juli 2017, total sudah 511 episode Mata Najwa.

Selama tiga pekan ke depan, Mata Najwa akan menghadirkan kolase berbagai episode lama yang kami anggap penting dan berharga. Pada pengujung Agustus, Mata Najwa akan tiba pada episode final: "Catatan Tanpa Titik".

Namun Agustus bukan hanya menjadi yang terakhir bagi Mata Najwa saja. Menjadi reporter Metro TV pada bulan Agustus 2000, perjalanan saya bersama Metro TV juga akan berakhir pada bulan yang sama. Ini adalah Agustus penghabisan.

Tujuh belas tahun bukan waktu yang singkat. Rasa bangga menjadi reporter pertama Metro TV, sebagai pemilik kode reporter 01 dalam istilah teman-teman di Kedoya, sampai kapan pun tak akan luntur. Rangkaian perjalanan saya sebagai reporter sebuah TV berita pertama di tanah air terekam dalam, membuat kehidupan jauh lebih kaya serta menjadi bekal berharga untuk terus berkarya sebagai jurnalis.

Terima kasih tiada tara pada keluarga besar Metro TV. Juga kepada semua pihak yang telah bermitra dan mendukung, terutama pemirsa yang selama ini menemani saya dan Mata Najwa.

Salam,

Najwa Shihab (tor/van)

Minggu, 05 Oktober 2014

Sapi Kurban Presiden SBY Seberat 1 Ton Berasal dari Tuban

Dikutip dari SURYA Online, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono berkurban satu sapi lokal dengan berat 1.075 kilogram dalam Hari Raya Idul Adha 1435 Hijriah.
  
"Presiden dan Ibu Negara berkurban seekor sapi lokal, dari kawasan Tuban, Jawa Timur, berusia sembilan tahun dengan berat 1.075 kilogram," kata Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Mubarak di Jakarta, Sabtu (4/10/2014).
Sementara Wapres Boediono juga berkurban seekor sapi, dengan jenis yang sama, berusia delapan tahun dengan berat 1.000 kilogram.
  
"Kedua hewan kurban dari Presiden dan Wapres tersebut telah diperiksa kesehatan dan kelayakannya dan sudah berada di Masjid Istiqlal sejak Jumat (3/10/2014)," katanya.
Rencananya, setelah Shalat Idul Adha, Minggu (5/10/2014), SBY secara simbolis akan menyerahkan sapi tersebut kepada pihak perwakilan Kementerian Agama untuk diberikan ke Masjid Istiqlal.
Mubarak menjelaskan pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di Masjid Istiqlal dijadwalkan berlangsung Minggu (5/10/2014) sore, kemudian didistribusikan ke sejumlah masjid, mushala dan panti asuhan di kawasan Jakarta Pusat setelah Azan Maghrib. (ant)

http://surabaya.tribunnews.com/2014/10/04/sapi-kurban-presiden-sby-seberat-1-ton-asal-tuban 
 
back to top