Minggu, 31 Oktober 2010

SECUIL CERITA LAIN TENTANG MERAPI

Gunung Merapi meletus lagi. Letusan gunung berapi paling aktif di dunia tersebut mengakibatkan banyak korban jiwa bagi penduduk di sekitar lereng Merapi tak terkecuali Sang Juru Kunci Merapi, Mbah Maridjan, yang ditemukan tewas di rumahnya dalam posisi bersujud. Musibah yang tentu membuat kita bersedih dan prihatin. Cerita tentang letusan Merapi ini membuat saya teringat beberapa kejadian saat masih tinggal di Yogya semasa SMA dan juga kuliah dulu.

Saat kuliah dulu di Yogyakarta, saya diajak teman mengontrak rumah berlantai 2 di Jalan Kaliurang km 8, di daerah Banteng Baru. Lantai 2 terdiri dari 3 kamar tidur dan tempat untuk menjemur pakaian. Suatu pagi, tahun 1994, saat berada di lantai 2, saya melihat awan yang tidak cerah seperti biasanya. Awan terlihat kotor berwarna abu-abu namun bukan mendung. Sempat terheran juga, tapi saya tidak terpikir yang lain-lain. Saat menghidupkan TV ada breaking newsyang menginformasikan Gunung Merapi meletus dan menyebarkan awan panas yang dikenal dengan wedhus gembel. Pendudk Dusun Turgo banyak yang menjadi korban. Saat itu barulah saya tahu, keruhnya warna langit yang saya lihat tadi akibat dari meletusnya Gunung Merapi.

Beberapa hari setelahnya, malam hari saya berada di Kampus UII yang terletak di Jalan Kali Urang km 14.4. Saat itu saya dengan teman-teman mahasiswa lain sedang latihan marching band. Saat sedang asyik latihan, dari kampus, tampak di kejauhan pijaran berwarna merah yang berasal dari Merapi. Beberapa teman, terutama para mahasiswi, sempat ketakutan. Tapi setelah ditenangkan, akhirnya kita tetap melanjutkan latihan sampai selesai tanpa ada kejadian apa-apa. Saya sendiri awalnya kaget juga, tapi lama kelamaan, sesungguhnya lahar yang keluar dari perut Merapi itu adalah pemandangan yang menakjubkan! Apalagi bila dilihat saat malam hari. Seolah seperti kembang api!

Jika lahar keluar dari Merapi, maka tempat yang paling ramai dan bisa melihat dengan jelas adalah di Jembatan Gondolayu. Malam hari, banyak orang berjejer berdiri di atas jembatan menyaksikan pijaran lahar panas yang termuntahkan. Dengan jelas kita bisa melihat pijaran merah yang mengalir dari atas ke bawah. Sungguh sebuah pemandangan yang indah. Tidak pula saya lihat ada kecemasan pada orang-orang yang melihat pijaran lahar Merapi tersebut. Konon, ada kepercayaan di sana, bahwa sedahsyat-dahsyatnya letusan Merapi tidak akan membahayakan kota dan penduduk Yogya karena di Yogya ada Keraton Kasultanan dan Merapi tidak akan “berani” mengganggu keraton. Saya pribadi tidak begitu percaya hal begituan, Kalau Yogya aman dari Merapi, saya lebih berpikir karena letak Yogya yang lumayan jauh dari Merapi sehingga relatif aman dari wedhus gembel.

Pada kesempatan lain, beberapa tahun setelah letusan tahun 1994, mungkin tahun 1997, saya sedang berkendara naik motor di Jalan Kali Urang ke arah selatan menuju Kampus UGM. Saat mendekati Selokan Mataram, saya perhatikan orang-orang yang melihat ke arah utara. Beberapa motor juga berhenti dan menengok ke arah utara. Penasaran, saya juga ikutan berhenti dan membalikkan badan, menengok ke arah utara. Ternyata yang saya lihat pemandangan luar biasa. Saya melihat gumpalan-gumpalan awan hitam yang menutupi Gunung Merapi. Merapi meletus lagi. Awan bergumpal-gumpal, bergelung-gelung, berwarna abu-abu pekat di langit. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan. Sayang, saya tidak bisa mengabadikan peristiwa tersebut. Handphone dan kamera bukanlah hal yang lazim saat itu. Kamera digital masih barang mahal dan memotret bukanlah hal segampang sekarang. Sampai sekarang saya masih mengingat peristiwa tersebut sebagai hal yang menakjubkan.

Oktober 2010, Merapi meletus lagi, membuktikan julukannya sebagai gunung berapi paling aktif di dunia. Kepada para korban, saya hanya bisa memanjatkan doa agar diberi kekuatan. Setiap kesukaran pasti ada kemudahan dan setiap kesukaran pasti ada kemudahan.

Sumber: http://fsyofian.wordpress.com/2010/10/31/secuil-cerita-lain-tentang-merapi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top