Selasa, 29 Maret 2011

Utuhnya Jasad Gus Dur dan Kekerasan Berbau Agama

Oleh : Ahmad Mustofa Berita amblesnya makam Gus Dur dalam minggu lalu (Selasa 15/2/2011), yang juga memperlihatkan kalau jasadnya masih utuh dan bahkan kain kafannya yang masih bersih, akhirnya memunculkan beragam tanggapan dari masyarakat. Baik yang sinis maupun yang takjub dengan peristiwa ini. Namun ada juga yang menanggapi dengan biasa-biasa dan menduga-duga atau berspekulasi.
Peristiwa amblesnya makam Gus Dur dan terlihat kalau jasadnya masih utuh serta kain kafannya masih bersih, yang fenomena tersebut mengiringi terjadinya kerusuhan berbau SARA atau kekerasan mengatasnamakan agama yang terjadi mulai dari Pandegelang Banten, Temanggung Jawa Tengah dan terakhir di Pasuruan Jawa Timur. Seolah Tuhan memberikan peringatan akan perjuangan yang pernah diperjuangkan oleh Gus Dur semasa hidup dahulu.

Perjuangan Gus Dur yang sangat perhatian terhadap keberadaan kaum minoritas. Dan selalu melakukan pembelaan jika ada kaum minoritas atau kaum yang tertindas mendapat perlakukan kekerasan atau perlakukan pendholiman dari pihak manapun. Beliau selalu concern bahwa kaum minoritas harus selalu dilindungi dan dibela karena mereka juga bagian dari bangsa ini dan mereka berhak hidup di tanah air Indonesia. Dan bahkan beliau tidak segan-segan untuk pasang badan akan perjuangannya ini. Sehingga kadang-kadang kenekatan beliau ini sangat kontroversial.
Fenomena keutuhan jasad jenazah yang sudah dikubur lebih dari setahun, menurut ahli Geologi dari Yogyakarta Agus Hendratno bahwa dari teori geologi, memang bisa saja jasad manusia yang dikubur akan tetap utuh. Penyebabnya mungkin saja di dalam tanah itu tidak terdapat hewan organik yang bisa mengubah jasad manusia, seperti kulit dan daging menjadi tanah. Cuma pendapat ini meninggalkan pertanyaan apakah hal ini lumrah dan jamak terjadi?
“Sebenarnya peristiwa utuhnya jenazah masuk lebih kepada urusan spiritual. Tapi kalau mau dikait-kaitkan ke dalam teori geologi, bisa saja di liang lahat itu tidak terdapat hewan organik,” Begitu tambah ahli Geologi dari UGM ini.
KH Said Budairy (Alm) juga pernah membahas jasad yang diketahui masih utuh walau sudah meninggal beberapa tahun. Menurutnya, jasad itu dilindungi oleh Allah. “Kejadian seperti itu sudah sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Dan biasanya yang jasadnya seperti itu adalah orang-orang yang hafidz Alquran dan alim,” jelasnya.. Ditambahkannya, untuk melihat kealiman si jenazah bisa dilihat dari perjalanan hidup almarhum.
Sekadar diketahui, peristiwa jasad utuh memang tidak hanya dialami oleh Gus Dur. Bulan Agustus tahun 2009, warga Tangerang dikagetkan ketika menyaksikan jasad Kiai Abdullah Mukmin masih utuh. Padahal usia jasad tersebut sudah 26 tahun. Kiai Abdullah adalah seorang guru agama. Pada tahun 1950-an, setelah belajar di Darul Ulum, dia ke Makkah selama 25 tahun.
Peristiwa yang sama terjadi di Banjarmasin September 2009. Saat itu makam Murah bin Jamil dibongkar untuk dipindahkan, pihak keluarga kaget, kondisi rangka, kulit, daging rambut dan gigi masih tetap terpasang. Padahal Murah bin Jamil telah meninggal 8 tahun sebelumnya.
“Beliau dikenal orang yang sederhana, baik hati dan perhatian dengan keluarga. Bahkan, beliau sayang dengan masyarakat sekitar,” kata salah satu anggota keluarga, waktu itu.
Di Pekalongan, justru ada jasad yang dikubur lebih dari 30 tahun ternyata masih utuh. Bahkan kain kafan dan talinya tak rapuh. Peristiwa langka ini menggegerkan warga sekitar Pemakaman Umum Kompleks Masjid Al Husein, Kelurahan Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, pada bulan Mei 2010. Sayangnya, warga tidak mengetahui nama dan ahli waris dari jenazah tersebut.
Masih banyak kejadian orang meninggal puluhan tahun tetapi jasadnya masih utuh. Sama seperti Gus Dur, mereka adalah orang-orang yang selama hidupnya berlaku baik dan beribadah kepada Allah SWT.
Tak dipungkiri, Gus Dur memang tokoh yang fenomenal dan sekaligus kontroversial yang disukai begitu banyak kalangan dan golongan. Namun juga tak jarang ada juga yang tidak menyukainya. Karena memang banyak hal yang dilakukan Gus Dur selama hidupnya banyak yang tidak bisa dipahami. Tetapi bagi para pengagumnya yang mayoritas dari para Nahdiyyin, Gus Dur adalah sosok yang brilian dan hatinya bersih serta “setengah wali”.
Satu hal lagi yang harus diteladani dari Gus Dur adalah seseorang yang punya prinsip hidup. Dan karena prinsip hidupnya beliau akan mempertahankannya walau itu akan menyebabkan ketidakpopuleran. Misalnya saat beliau dimakzulkan oleh MPR dari kursi presiden RI.
Kembali kepada fenomena ditemukannya jasad Gus Dur yang masih utuh dan kain kafannya masih bersih setelah makamnya amblas. Sebenarnya fenomena ini sebagai petunjuk apa?
Bagi kalangan yang tidak menyenangi atau anti Gus Dur pasti akan timbul pikiran-pikiran negatif dengan kejadian ini. Ada yang berangggapan bahwa jasadnya tidak diterima oleh tanah, makanya ambles. Ada juga yang berpendapat bahwa itu hanyalah ilusi para penjaga pesarehan Gus Dur saja.
Akan tetapi bagi yang menghormati dan mengagumi Gus Dur, kejadian ini adalah sebagai upaya dari Allah untuk menunjukakn makom-nya Gus Dur. Dan bahwa Gus Dur itu memang orang baik.
Terlepas dari pro dan kontra akan fenomena tersebut di atas. Yang harus dipetik hikmah dan pelajaran dari fenomena ini adalah bahwa Allah SWT memberi petunjuk agar umat Islam dan segenap rakyat Indonesia Indonesia untuk mencontoh toleransi yang dimiliki dan diperjuangkan Gus Dur semasa hidup.
Karena saat ini Indonesia tengah krisis toleransi di antara umat beragama khususnya umat Islam. Terungkapkan jenazah Gus Dur masih utuh merupakan hidayah untuk umat Islam agar menjaga toleransi seperti Gus Dur. Gus Dur adalah simbol toleransi umat beragama di Indonesia. Sebab, semasa hidupnya Gus Dur selalu melindungi kelompok minoritas.
Bagi para aparat penegak hukum khususnya kepolisian, fenomena tersebut juga harus dijadikan isyarat tentang pentingnya perjuangan Gus Dur perihal toleransi dan perlindungan terhadap kaum minoritas. Bahwa tugas kepolisian adalah untuk selalu menjaga kerukunan antar warga masyarakat serta melindungi kaum minoritas sebagaimana yang selalu diperjuangkan oleh Gus Dur semasa hidupnya. Bukannya kepolisian melakukan (seolah-olah) pembiaran atas terjadinya kekerasan yang mengatasnamakan agama seperti akhir-akhir ini terjadi. (AM, 19 February 2011).

Sumber : http://id.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top