Akibat kumuhnya lokasi wisata itu, membuat wisatawan domestik enggan berkunjung. Stalaktit maupun setalagmit berbentuk selendang, patung ataupun seperti awan yang menempel disetiap sudut goa tidak dapat dilihat oleh wisatawan.
Salah satu wisatawan yang kecewa mengatakan, ia sangat prihatin dengan keadaan Goa yang kurang pewatan tersebut. “Jauh dari rumah, kok tambah gini ya”, ujar Siti (28), warga Desa Campurejo, Kabupaten Bojonegoro.
Selain kondisi yang kumuh, didalam Goa juga terlihat lobang nampak jurang. Hal itu dikarenakan sering diambil gambrang atu Posphat oleh tangan-tangan jahil.
”Batu diambil kan bisa dijadikan pupuk, dan harganya mahal”, ujar salah satu orang yang mengambil rumput di dekat Goa Putri Asih.
Terkait dengan kondisi goa, RPH Nguluhan maupun BKPH Mulyoagung, belum dapat dikonfirmasi.
Sementara, Dedy Nurhadi Wakil Administrasi KPH Parengan, mengatakan, Goa itu masih menjadi tanggung jawab Kesatuan Bisnis Mandir (KBM) Perhutani Jatim. “Itu belum diserahkan ke kita (KPH Parengan), tapi kalau untuk pengamanan kita bersama,” ujarnya kepada zonaberita.com, Jumat (17/9/2010).
Dalam dioperasikan Goa Putri Asih, masih menjadi persoalan antara KPH Parengan dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban. (pam/isp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar